Dalam dunia pengembangan produk dan desain digital, jenis-jenis prototype menjadi elemen penting untuk memastikan bahwa apa yang dibuat benar-benar sesuai dengan kebutuhan pengguna.
Tanpa prototipe, pengembang bisa saja menghabiskan waktu dan sumber daya untuk sesuatu yang akhirnya tidak relevan atau tidak efektif.
Nah, dalam artikel ini, kita akan membahas berbagai jenis prototype yang bisa kamu gunakan sesuai dengan kebutuhanmu.
1. Low Fidelity Prototype
Low fidelity prototype atau yang sering disingkat low-fi prototype adalah bentuk paling sederhana dari prototipe. Biasanya, jenis ini dibuat dalam bentuk sketsa tangan atau wireframe digital yang kasar.
Fungsinya? Untuk memberikan gambaran awal tentang tata letak, alur pengguna, dan struktur dasar produk sebelum mulai dikembangkan lebih jauh.
Misalnya, kalau kamu sedang merancang aplikasi mobile, kamu bisa menggambar layar utama, tombol-tombol, dan navigasi dasarnya di atas kertas. Dengan cara ini, kamu bisa mendapatkan umpan balik cepat dari tim atau calon pengguna sebelum masuk ke tahap yang lebih kompleks.
Low-fi prototype ini juga biasanya digunakan dalam sesi brainstorming agar semua orang di tim punya gambaran yang sama tentang konsep yang akan dibangun.
2. High Fidelity Prototype
Kalau low fidelity prototype masih dalam tahap kasar, high fidelity prototype adalah versi yang lebih matang. Prototipe ini memiliki tampilan yang hampir menyerupai produk akhir, dengan elemen desain yang lebih detail dan pengalaman pengguna yang lebih realistis.
Biasanya, high-fi prototype dibuat menggunakan tools seperti Figma atau Adobe XD, lengkap dengan warna, ikon, dan bahkan interaksi dasar seperti tombol yang bisa diklik.
Dengan menggunakan jenis jenis prototype ini, kamu bisa menguji desain produk dengan lebih baik dan mendapatkan masukan dari user sebelum tahap pengembangan sebenarnya dimulai.
3. Functional Prototype
Berbeda dari high fidelity prototype yang lebih fokus ke tampilan, functional prototype lebih menekankan pada fungsi dasar produk. Prototipe ini mungkin belum terlihat sempurna secara visual, tapi sudah bisa diuji untuk melihat apakah fitur-fiturnya berjalan sesuai rencana.
Misalnya, jika kamu sedang mengembangkan sebuah aplikasi pemesanan makanan, functional prototype ini mungkin sudah memungkinkan pengguna untuk memilih makanan, memasukkannya ke keranjang, dan melakukan pemesanan. Namun, fitur tambahan seperti animasi atau UI/UX yang lebih halus mungkin belum diterapkan.
Functional prototype ini berguna untuk menguji apakah teknologi yang digunakan sudah sesuai dan apakah ada kendala teknis yang perlu diselesaikan sebelum produk final diluncurkan.
4. Interactive Prototype
Interactive prototype adalah jenis prototype yang memungkinkan pengguna untuk benar-benar berinteraksi dengan produk seperti saat menggunakan versi finalnya. Biasanya, prototipe ini dibuat menggunakan software seperti InVision atau Axure, di mana setiap tombol dan navigasi sudah bisa diklik dan memberikan respons seolah-olah produk tersebut sudah jadi.
Keuntungan dari jenis prototype ini adalah kamu bisa menguji pengalaman pengguna secara lebih mendalam, tanpa harus menunggu pengembangan kode yang kompleks.
Dengan interactive prototype, kamu bisa melakukan user testing, meminta feedback langsung dari calon pengguna, dan memperbaiki pengalaman pengguna sebelum benar-benar melakukan coding.
Jika kamu sedang dalam tahap pengembangan produk digital dan butuh bantuan dalam membuat prototipe, Webdev Service dari Boleh Dicoba Digital (BDD) siap membantu kamu!
Dengan pengalaman dan tim yang profesional, BDD bisa membantumu menciptakan prototype yang efektif untuk memastikan produkmu sukses di pasaran. Hubungi kami sekarang dan wujudkan idemu menjadi nyata!